Senin, 14 September 2009

"Boi Akih small concert, Tastefull"


Ngabuburit sambil menyaksikan konser musik mungkin jadi pilihan yang ga biasa buat sebagian wargi bandung. Apalagi konser yang digelar adalah suatu pertunjukan jazz dengan suguhan repertoire panjang yang secara langsung menguji kejelian pendengaran wargi bandung. Well it's true.. bermaksud mengikuti workshop vokal jazz yang diadakan oleh satu-satunya radio bergenre jazz di Bandung, zkheey justru diarahkan menonton penampilan langsung sang pengajar workshop -Monica Akihary, dan bandnya yang punya ngaran "Boi Akih" di Aula Barat ITB, Rabu 9 September 2009 kemaren. Apa mau dikata? karena kuota workshop vokal itu habis dalam jangka waktu beberapa hari aja setelah pembukaan pendaftaran, alhasil panitia cuma bisa ngasih tiket gratis buat penampilan langsung band itu.


Who the hell is Boi Akih??? zkheey juga gatau dan baru denger. Dari pamflet yang disebar, zkheey pikir Boi Akih adalah nama seorang musisi gitar atau saksofonis dari belahan dunia manaaaa gitu. Nyatanya mereka adalah band dengan personil gado-gado alias berasal dari negara yang berbeda-beda. Line-up band ini adalah Monica Akihary (vokal) yang asli Ambon manise, Niels Brouwer (gitar) dari Amsterdam, Maarten Ornstein (tenor saksofon/clarinet), Eric Calmes (bas), dan Owen Hart Jr. (Drum) yang asal New York. Mau ga mau perbedaan domisili ini membuat musik mereka unik dan beda atau dalam istilah zkheey khusus. Yup, khusus karena mereka mengambil genre etnik jazz dengan taste internasional. Sound etnik yang diusung adalah sound Maluku yang cukup kental di tiap repertoire mereka. Entah karena alasan Monica yang asli Ambon atau memang kesepakatan semua personil yang memilih sound ini sebagai genre mereka. Sebagai penikmat musik, zkheey menggolongkan musik mereka kedalam 'world music' atau aliran musik yang khusus, unik, dan pastinya melawan mainstream musik konvensional. Well, klo dibandingin, scene musik Boi Akih sejalan lah sama Vicky Sianipar yang notabene mengusung musik etnik batak.



Monica Akihary (vokal), Maarten Ornstein (tenor clarinet/saksofon), & Niels Brouwer (gitar)


Anyway, it sounds very soulful and unique. Yup, ketukan pertama repertoire mereka dimulai dari sentilan drum Owen Hart Jr. yang lembut teratur tapi justru memecah keheningan. Vokal alto Monica yang sore itu tampil dengan busana etnik dan sangat membumi muncul berpadu dengan sentilan drum dan petikan gitar Niels. Buat wargi-wargi bandung yang sering nonton konser musik pada umunya pasti disuguhkan hentakan yang ngeboom di lagu pertama mereka. But it was different with Boi Akih, justru mereka menyuguhkan kreasi jazz yang smooth dengan tempo lambat dan beat pelan yang lama kelamaan makin cepet. Begitu denger, aroma-aroma ambon manise mulai kecium. Langsung deh terbayang panorama pantai ambon yang indah dengan desiran ombak dan kepakan sayap burung camar yang memenuhi birunya pantai. Hahahaha... lebay seh... tapi mungkin aja deskripsi zkheey ini tepat. Anehnya gada alat musik tradisional Maluku yang mereka libatkan di pertunjukan kemaren. Aroma Maluku cukup dihasilkan dari petikan gitar Niels dan gebukan drum Owen yang ciaaaamik. Faktor utamanya, udah pasti vokal khas Monica yang emang asli Ambon. Faktor Monica sebagai vokalis kayaknya dominan banget karena dia bertugas sebagai pembuat 'rasa' musik mereka menjadi sangat Maluku. Dan memang sepanjang satu jam penampilan mereka sound Maluku sangat-sangat kental.


Well, satu hal yang mungkin bisa jadi kekurangan adalah repertoire yang kurang akrab di telinga pecinta jazz yang saat itu memenuhi Aula Barat ITB. Kalo masalah kursi yang penuh mungkin aja kan karena acara ini gretongan alias haratis. Tapi jangan harap mereka bakal mainin repertoire yang udah akrab di telinga semacam "Spain" dari Al Jarreau atau "After The Love is Gone" dari Earth, Wind, and Fire. They have their music and it was so tastefull. Selain itu, entah ini kekurangan atau justru ciri khas tapi suara alto Monica Akihary ga kedengaran jelas. Dalam bahasa teknik vokal, suara Monica ini artikulasinya ga jelas apalagi diperparah dengan lirik lagu yang bahasa antah berantah. Sepintas zkheey dan penonton lain gatau si Monica ini nyanyi lagu bahasa Maluku, Inggris, Indonesia, Belanda, Urdu, atau apapun itu. Dan bener aja, di sela penampilan, Monica sempet ngenalin lagu yang bakal dibawain selanjutnya yaitu lagu yang dia dan Niels ciptain dengan bahasa haruku. What is that??? sepertinya salah satu dari 400 bahasa tradisional di Indonesia raya yang mendekati kepunahan. Jangankan nyanyi, ngomong pun kurang jelas. Udah mah si Monica ini orangnya ga komunikatif, sekalinya ngomong susah ditebak. Bayangin aja, dia ngomong bahasa Indonesia dengan logat Maluku dan Belanda, perpaduan yang bagus bukan???


But guess what??? penonton ga peduli sama itu semua. Apalagi pas tiap personil nunjukin skill mereka yang sangat mumpuni. Kalo kita ngomongin jazz, then it's all about improvisation. Setau zkheey, semua elemen dalam jazz bebas berimprovisasi asalkan improvisasi itu munculin harmoni musik yang nyatu satu sama lainnya. Monica gape banget ber-scat singing. Meskipun notabene bermain di wilayah rendah, di nomor-nomor pertengahan dia mulai nunjukin lengkingan suara dari teknik head voice, kop stand, maupun distorsi. Niels sang gitaris taktis banget ngiringin suara berat Monica sampai menciptakan ambience yang greget. Sementara itu, Maarten yang mungkin paling eye-catching dengan tampang bule nan tegap cukup mencuri perhatian dengan permainan saksofon yang atraktif. Eric sang bassist yang permainannya bener-bener kawin sama Niels sang gitaris juga bikin suasana tambah panas menjelang buka puasa. But I think, the star goes to Owen Hart Jr. gila dia AUTIS banget!!! eeeits..ini autis dalam arti yang positif lo. Maksud zkheey si mas Owen ini maennya kelewat menghayati sampe-sampe dia kliatan sangat semangat, bertenaga, dan energik persis orang autis. I love U Owen...terlihat skali klo ngedrum sudah melekat di hati sanubari dia sejak kecil. Repertoire terakhir mengajak semua penonton buat cheer-up dan ikut bernyanyi jadi backing vocal Boi Akih. Well walopun kurang jelas bahasanya apa, tapi yang namanya musik bisa mengesampingkan semua perbedaan termasuk bahasa. Semua penonton tetep menggerakan tubuh mereka mengikuti beat Boi Akih yang memang sangat khas. It's a nice appetizer for the fasting break, isn't it??? (Zkheey)

No response to “"Boi Akih small concert, Tastefull"”

Leave a Reply