Senin, 07 Desember 2009

"Bandung World Jazz Festival 09 - it's not Only Jazz, it's World Jazz"


Sesuai dengan tagline acaranya, "Bandung World Jazz Festival" (BWJF) taun ini ga cuma nampilin musik jazz dalam arti yang sesungguhnya (murni) tapi juga jazz yang dipadukan dengan elemen dan unsur musik lain (world). Maksudnya, perpaduan jazz yang dikolaborasikan dengan unsur-unsur tradisional dari berbagai penjuru dunia. Untuk urusan padu padan musik, kita patut berbangga karena Indonesia adalah kampiun ulung dalam hal kolaborasi musik kontemporer-tradisional. Gimana gak, kita punya beragam musik tradisi yang diwariskan turun temurun dan melegenda dari masa ke masa. Masalahnya, kita mau gak melestarikan atau bahkan sekedar memainkan musik-musik tersebut. Nah, spirit itulah yang coba dimunculkan "Jendela Ide" selaku penyelenggara BWJF 09. Dengan persiapan selama dua taun, akhirnya terwujudlah gelaran yang juga punya tagline "Voice of The New World" ini yang termasuk dalam kalender "Helarfest 09". Bentuk implementasi world jazz dimunculkan oleh 32 pengisi acaranya selama dua hari penyelenggaraan tanggal 3 & 4 Desember kemaren di Sabuga. Ada begitu banyak pengisi acara yang mumpuni alias sangat mahir di bidangnya misalnya "4 peniti" (Bdg), yang ngerubah aransemen lagu "Badminton" jadi lebih greget dan soulful. Ada juga "Prabumi" (Yogya) yang memadukan jazz dan gamelan jawa juga bambu. Ada lagi sekumpulan seniman "gila" yang menamakan dirinya "Saratuspersen" (Bdg). Gila karena selain menampilkan seperangkat gamelan, kendang sunda, terompet, dan perkusi, vokalis yang didaulat pun berpenampilan selayaknya rapper sunda nyasar berpenampakan orang afrika. Tapi urusan tampil, gape berat dan patut diacungi jempol lah. Unik, sangat nyeni, dan mahir, mungkin itu pendapat zkheey soal grup-grup kolaborator jazz dan tradisi itu. 

     

4 Peniti & David Manuhutu & Friends

Di sisi lain, buat wargi bandung pecinta jazz murni, sepasukan grup pengusung jazz murni juga nampilin kehebatan mereka meramu musik asal Amrik ini. Misalnya aja David Manuhutu & Friends (Bdg), David yang juga anak musisi jazz kenamaan asal Bandung Venche Manuhutu ini gape banget mainin piano jazz. Selain itu ada Ligro Trio (Jkt), dimana Hendy "GIGI" ngisi posisi drum. Ga ketinggalan juga Harry Toledo & Friends (Jkt) yang masang Miky AFI sebagai vokalisnya. Ketiganya punya taste masing-masing pas tampil di atas panggung. Hendy "GIGI" keliatan cukup dominan dengan gebukan tangannya yang kuat di tiap repertoire yang dimainin. 

     

Harry Toledo & Ligro

     

Prabumi

FYI, BWJF 09 punya tiga panggung yang dijadikan pusat acara. Dua panggung outdoor dan satu di auditorium. Semua panggung outdoor is free to watch except the one inside the auditorium. Enak banget kaaannn??? Panggung di atrium sabuga dikonsep tidak berjarak dengan penonton. Dalam arti, penonton bebas berinteraksi dengan pengisi acara karena gada kursi dan mereka musti ngampar ja gitu di atas ubin. Sementara satu panggung lainnya di pelataran parkir Sabuga dikonsep agak berjarak dan klasik dengan penempatan meja-meja bundar di depan panggung. Well, both of them are worth to watch. Soal konsep ini, para pengisi acara justru hepi berat karena musik mereka bisa lebih nyampe ke penonton. Mafhum, karena kebanyakan acara jazz berkonsep mahal, high class, dan diadain di gedung-gedung tertutup yang ber-AC dan bertiket selangit. Kalaupun mau dibandiungkan dengan Java Jazz Festival, BWJF masih jauh panggang daripada api. Tapi soal potensinya, BWJF mungkin ja suatu hari jadi pendamping Java Jazz sebagai festival jazz tahunan yang jadi kalender wajib para jazzer dunia. Festival yang jadi kebanggaan wargi Bandung pastinya.  


Jendela Ide All Percussion

Menginjak jam 8 malem, zkheey yang kebetulan udah beli tiket sehari sebelumnya mau gak mau mesti masuk auditorium Sabuga buat ngeliat Opening ceremony dari BWJF 09 ini. Well, kosong melompong ja gitu. Yah ga kosong2 banget seh, palingan cuma seperempatnya dari kapasitas auditorium sabuga. Padahal dengan banderol harga tiket yang terhitung ekonomis untuk acara jazz, yaitu 25 ribu buat mahasiswa dan 55 ribu buat umum, penonton yang dateng mestinya jauh lebih banyak. Panitia yang udah nyiapin 5 ribu tiket pun cuma berhasil menjual sekitar 500 tiket. Rugi dong??? ga juga, menurut mereka justru ini di atas target mereka yang pengen ngejual 200 tiket. Panitia pun menekankan bahwa gelaran kali ini tidak mengejar kuantitas penonton melainkan sebagai wadah untuk para jazzer dan komunitas jazz bandung untuk menyalurkan naluri bermusiknya. Mungkin maksudnya panitia pengen sekedar perkenalan dulu sampe menciptakan brand image dan trademark kalo Bandung punya world jazz festival yang terkenal ke seluruh penjuru dunia. Nah kalo dah gtu, otomatis kuantitas jumlah pengunjung pun naik dengan sendirinya.


Taal Tantra (India)

Balik lagi ke opening ceremony, agak bete juga ngeliat para eks patriat (bule) itu dikasih duduk di bangku VIP tepat di depan panggung. Nah kita yang penduduk pribumi ko malah dipinggirkan, sebenernya acara ini buat siapa seh??? Memang seh untuk memunculkan kesan internasional atau world, panitia mendatangkan Taal Tantra (India) dan Pigalle 44 (Belanda). Tapi toh selebihnya pengisi acaranya dari Indonesia semua kan??? Selain itu, lebih banyak orang yang pengen motret daripada nonton. Walhasil pas Jendela Ide All Percussion ngebuka layar BWJF 09, para juru potret, kuli tinta, dan penonton berbaur jadi satu sambil berebutan motret dan tentunya menghalangi pandangan mata penonton yang duduk. Gitu juga seterusnya pas Karinding Collaborative (Bdg) dan Taal Tantra (India) manggung. Anehnya, sama sekali ga ada panitia atau pihak keamanan yang menertibkan mereka semua. Santai aja, selayaknya kesan gelaran ini yang emang terkesan santai dan easy going dari mulai siang ampe malem.

     

Saratuspersen

Overall, zkheey mesti mengacungkan dua jempol buat Jendela Ide selaku penyelenggara utama event ini juga kepada semua pihak yang terkait. Kalian hebat!!! That's all I wanna say about it. Zkheey berharap besar dan tentunya semua pecinta jazz di Bandung dan Indonesia khususnya berharap event ini ga akan berhenti di tengah jalan dan kelak bakal jadi salah satu destinasi festival jazz dunia seperti Java Jazz atau Solo Jazz Festival. Satu kata, eksistensi!!! itu yang mesti dijaga. (Zkheey) 

2 Responses to “"Bandung World Jazz Festival 09 - it's not Only Jazz, it's World Jazz"”

saratuspersen mengatakan...

thanks brat bro..
silahkan datag 29 des di braga fest
ditunggu

Cicalicious mengatakan...

Ok, kita juga emang pengen dateng ke Braga Fest. Bakal ada apa aja di sana?

Leave a Reply