By Zkheey

Bihari, kiwari, baringsupagi atau kemarin, sekarang, dan besok jadi tema sentral penyelenggaraan Braga festival (Bragfest) 2008. Diliat dari temanya, bragfest taun ini bermaksud buat menghadirkan suasana braga tempo doeloe yang dikombinasikan sama suasana braga 2008 seperti yang Zkheey ceritain di artikel Braga Back To Basic. Anyway dari beberapa literatur yang Zkheey baca, bragfest 2008 yang berlangsung tanggal 30-31 desember 2008 kemaren memenuhi target dari sisi kuantitas. Dalam hal ini, target 100 ribu pengunjung selama dua hari festival udah terlampaui karena jumlah pengunjung yang dateng lebih banyak dari itu. Pas hari pertama festival, Zkheey liat pengunjungnya belum terlalu banyak. Mungkin karna baru dibuka dan masih siang, jadi pengunjung masih males dateng kesitu. Tapi ternyata festival ini padet banget di hari kedua. Wajar aja karena wargi-wargi bandung punya niat jalan-jalan menjelang perayaan tutup taun 2008 karena menurut schedule acaranya, festival ini bakal ditutup sama atraksi kembang api dan tiup terompet yang secara simbolis bakal dilaksanain sama kang Dede Yusuf selaku Wakil Gubernur Jabar dan juga Kang Dada selaku Walikota Bandung. Nah, pengunjung di hari kedua ini yang bikin jumlah pengunjung bragfest 2008 melampaui target. Bahkan dibandingin sama bragfest taun kemarin mungkin dua sampe 3 kali lipat lebih banyak.
Gimana kalo dari segi kualitas? lagi-lagi dari literatur yang Zkheey baca sebelum penyelenggaraan bilang bahwa bragfest 2008 punya niat memadukan tiga unsur yaitu art, kuliner, dan fesyen. Intinya, panitia festival pengen nampilin unsur art deco yang tampak dari bangunan-bangunan art deco tempo doeloe di sepanjang jalan braga. Seperti kita tau sebelumnya bahwa Pemkot Bandung pun mendukung unsur ini dengan berbagai upaya misalnya pengecatan massal seluruh bangunan dengan warna putih untuk memunculkan kesan artistik dan megah seperti gedung-gedung tua di eropa, penggantian aspal dengan batu andesit hitam di sepanjang jalur Braga panjang (Jln. Naripan - Jln. Braga - Jln. Tamblong), penanaman pohon karet benggol di sisi trotoar, pembersihan trotoar, dan rencana-rencana jangka panjang lainnya. Unsur yang kedua yaitu kuliner. Disini panitia pengen nampilin kuliner khas Bandung atau Jawa Barat tempoe doeloe maupun sekarang. Sementara itu, panitia juga membuka stan-stan pakaian buatan industri kreatif kota bandung buat munculin unsur fesyen.
Anyway, panitia bikin dua konsep berbeda di dua bagian Jalan Braga yaitu konsep tempo doeloe di sepanjang Braga pendek (Bank Jabar - Jln. Asia Afrika) dan konsep masa kini atau sekarang di sepanjang Braga panjang (Jln. Naripan - Jln. Braga - Jln. Tamblong). Di Braga pendek, stan-stan yang dibuka adalah stan khas bandung tempoe doeloe diantaranya stan kaulinan barudak jaman baheula, klab aleut, stan Pemkot Bandung, juga ditampilin foto-foto Jalan Braga jaman dulu sampe sekarang. Disini juga disedian panggung terbuka yang nampilin kesenian-kesenian tradisional seperti kecapi suling, perkusi, angklung, dll. Menurut info, orang-orang yang ada di kawasan ini cuma boleh berbahasa sunda, tapi kenyataannya gak juga ah. Sementara itu di kawasan braga panjang kayaknya lebih meriah and padet. Mungkin juga karna kawasan ini lebih panjang trus stan-stanya lebih banyak jadi pengunjung lebih betah disini. Braga panjang ini lebih menonjolkan unsur kekinian. Stan-stan disini ngejual berbagai produk masa kini seperti stan "bagus bagus" yang ngejual kaos kreatif berlogo plesetan merek luar yang lucu banget and dibanderol harga 75 ribu rupiah, stan bunga kering, ga ketinggalan distro-distro yang ikutan jual produknya. Tapi ternyata di kawasan ini juga ada stan-stan tradisional seperti tenda makanan nasi tetenong, komunitas seni Kalangan Atas, tenda batik, tenda yang ngejual kerajinan warga asli Braga, gerai lukisan, dan pematung Toni Kanwa. Anyway dari semuanya itu yang paling mendominasi di Braga panjang adalah stan-stan makanan dan minuman modern. Banyak banget stan yang ngejual makanan ringan kaya sosis panggang (8 ribu perak tapi sumpah enak banget, biarpun si enchi yang jualannya jutek abis, peace...), kue and roti-roti kecil, lotek, nasi goreng, stan yang ngejual makanan ala hotel, minuman dingin, dll. Di sepanjang kawasan ini, pasti mata kita nemuin stan-stan tersebut di antara kerumunan stan lainnya. Ga ketinggalan juga panggung terbuka yang nampilin pertunjukan modern seperti fashion show, band, dangdutan, dll. Oh ya, bragfest 2008 juga punya kegiatan pendukung diantaranya pameran foto, lomba foto, sekaligus workshop foto yang digelar di gd. Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK) dimana kita semua bisa liat foto-foto peserta lomba yang semuanya ngangkat tema kota Bandung. Selain itu, museum KAA yang biasanya cuma buka di hari dan jam-jam tertentu khusus dibuka sepanjang bragfest taun ini.
Bragfest 2008 dibuka secara simbolis sama Kang Dede Yusuf dan istrinya Shandy Rahmania Yusuf Selasa (30/12) sekitar jam 11 siang di kawasan Braga pendek. Padahal menurut rencana, si empunya Jabar alias kang Ahmad Heryawan yang mo ngebuka, tapi gatau deh knapa? biasalah namanya juga pemerintah. Kang Dede juga nandatanganin Deklarasi Braga yang isinya menetapkan bahwa mulai sekarang kawasan Braga akan menjadi museum hidup (living museum) dengan nuansa art deco yang punya nilai sejarah panjang dan juga peresmian Jalan Braga menjadi kawasan pedestrian (pejalan kaki) setelah melalui proses revitalisasi. Well, secara keseluruhan Zkheey mo ngasih dua setengah bintang buat bragfest 2008. Ya it was just OK. Kalo dibandingin taun kemaren, bragfest taun ini emang jauh lebih ok. Secara taun kemaren ga banget and festivalnya cuma diadain di kawasan Braga pendek. Taun ni paling ngga lebih terkonsep dan menggunakan seluruh kawasan Braga. Yah namanya juga event, ada aja yang anggep bragfest taun ini justru menurun dibanding taun kemaren. Ada juga yang bilang bragfest 2008 ini belom seperti yang diharapkan dan direncanakan.
Zkheey liat di hari pertama festival ini bisa dibilang pengunjungnya lumayan, kalo ga mo dibilang sepi. Gmn ga? Siang hari itu kawasan Braga pendek malahan masih sepi pasca peresmian. Panggung terbuka juga belom ngegelar pertunjukkan apapun. Yang ada pengisi acara masih pada sibuk gladi resik, mungkin buat manggung tar malemnya. Jomplang rasanya kalo kita liat kawasan Braga panjang. Kayaknya seh pengunjung lebih seneng menghabiskan waktu disini, secara lebih variatif. Mau ga mau ada beberapa kekurangan yang bikin bragfest kali ini kurang greget atau mungkin ga greget sama sekali. Pertama, bragfest 2008 kurang mengangkat nuansa tradisional. Buktinya dari 39 stan yang ada, cuma 20% yang punya suasana tradisional kaya tenda nasi tetenong, pematung Toni Kanwa, Komunitas Kalangan Atas, and tenda batik. Kedua, panitia kurang mengangkat potensi masyarakat Braga karena cuma ada dua tenda yang diisi warga asli Braga yaitu stan warga RT 08 yang ngejual makanan sama stan warga RT 06 yang ngejual hasil kerajinan tangan seperti patung dan lukisan. Ketiga, tenda-tenda yang dibuat panitia juga biasa banget. I mean tendanya cuma ditutupin kain putih dengan ukuran standar tanpa ada dekorasi unik dan khas dari tiap stannya. Mungkin emang panitia ga mewajibkan pengelola stan buat ngehias stannya. Mungkin juga karena gada penghargaan buat stan terbaik. Sementara itu, Doel Sumbang yang nyempetin dateng ke event ini ngeluh karena ga banyak seniman yang dateng ke festival ini. Berarti ini kekurangan panitia yang keempat dimana mereka ga berhasil narik seniman-seniman bandung buat dateng and ngasih pertunjukkan seninya ke pengunjung. "Ini mestinya jadi pestanya seniman," kata kang Doel. Akumulasi semuanya bragfest 2008 ga jauh beda, mirip, bahkan sama aja sama pameran budaya pada umumnya yang bahkan penyelenggaraannya bisa jauh lebih bagus. Sebagai event taunan yang udah jadi kalender wajib Pemprov Jabar maupun Pemkot Bandung, mestinya event ini jadi titik kulminasi kedua belah pihak buat nunjukkin potensi Bandung khususnya Jalan Braga. Dengan kondisi lapangan kayak gini, kita semua bisa nyimpulin kalo Bragfest 2008 ga dipikirin secara serius dan kurang persiapan.
Secara khusus, Bragfest 2008 mungkin ga berhasil memberikan 'kesan' buat para pengunjung yang dateng. Emang sih taun ini yang dateng rame banget bahkan melebihi target pengunjung. Tapi kayaknya mereka dateng bukan cuma pengen jajan atau liat-liat stan baju. Kalo gitu sih sama aja kayak dateng ke pameran biasa. Nuansa tradisional braga tempo doeloe dan pertunjukan budaya yang kurang greget bisa jadi penyebab hambarnya bragfest taun ini. Harus diakui juga bahwa program revitalisasi yang udah berjalan belom berhasil menghadirkan kembali nuansa braga tempo doeloe yang khas dan tersohor ampe ke mancanegara. Well, mau ga mau Pemkot Bandung harus bekerja lebih keras bahkan ekstra keras kalo mau semua impiannya terwujud. Toh kita semua juga mau dunk Bragfest ini jadi festival kelas dunia kayak Tong Tong Festival di Belanda yang didatengin pengunjung dari seluruh dunia. So keep up the good work!!!

Bihari, kiwari, baringsupagi atau kemarin, sekarang, dan besok jadi tema sentral penyelenggaraan Braga festival (Bragfest) 2008. Diliat dari temanya, bragfest taun ini bermaksud buat menghadirkan suasana braga tempo doeloe yang dikombinasikan sama suasana braga 2008 seperti yang Zkheey ceritain di artikel Braga Back To Basic. Anyway dari beberapa literatur yang Zkheey baca, bragfest 2008 yang berlangsung tanggal 30-31 desember 2008 kemaren memenuhi target dari sisi kuantitas. Dalam hal ini, target 100 ribu pengunjung selama dua hari festival udah terlampaui karena jumlah pengunjung yang dateng lebih banyak dari itu. Pas hari pertama festival, Zkheey liat pengunjungnya belum terlalu banyak. Mungkin karna baru dibuka dan masih siang, jadi pengunjung masih males dateng kesitu. Tapi ternyata festival ini padet banget di hari kedua. Wajar aja karena wargi-wargi bandung punya niat jalan-jalan menjelang perayaan tutup taun 2008 karena menurut schedule acaranya, festival ini bakal ditutup sama atraksi kembang api dan tiup terompet yang secara simbolis bakal dilaksanain sama kang Dede Yusuf selaku Wakil Gubernur Jabar dan juga Kang Dada selaku Walikota Bandung. Nah, pengunjung di hari kedua ini yang bikin jumlah pengunjung bragfest 2008 melampaui target. Bahkan dibandingin sama bragfest taun kemarin mungkin dua sampe 3 kali lipat lebih banyak.
Gimana kalo dari segi kualitas? lagi-lagi dari literatur yang Zkheey baca sebelum penyelenggaraan bilang bahwa bragfest 2008 punya niat memadukan tiga unsur yaitu art, kuliner, dan fesyen. Intinya, panitia festival pengen nampilin unsur art deco yang tampak dari bangunan-bangunan art deco tempo doeloe di sepanjang jalan braga. Seperti kita tau sebelumnya bahwa Pemkot Bandung pun mendukung unsur ini dengan berbagai upaya misalnya pengecatan massal seluruh bangunan dengan warna putih untuk memunculkan kesan artistik dan megah seperti gedung-gedung tua di eropa, penggantian aspal dengan batu andesit hitam di sepanjang jalur Braga panjang (Jln. Naripan - Jln. Braga - Jln. Tamblong), penanaman pohon karet benggol di sisi trotoar, pembersihan trotoar, dan rencana-rencana jangka panjang lainnya. Unsur yang kedua yaitu kuliner. Disini panitia pengen nampilin kuliner khas Bandung atau Jawa Barat tempoe doeloe maupun sekarang. Sementara itu, panitia juga membuka stan-stan pakaian buatan industri kreatif kota bandung buat munculin unsur fesyen.
Anyway, panitia bikin dua konsep berbeda di dua bagian Jalan Braga yaitu konsep tempo doeloe di sepanjang Braga pendek (Bank Jabar - Jln. Asia Afrika) dan konsep masa kini atau sekarang di sepanjang Braga panjang (Jln. Naripan - Jln. Braga - Jln. Tamblong). Di Braga pendek, stan-stan yang dibuka adalah stan khas bandung tempoe doeloe diantaranya stan kaulinan barudak jaman baheula, klab aleut, stan Pemkot Bandung, juga ditampilin foto-foto Jalan Braga jaman dulu sampe sekarang. Disini juga disedian panggung terbuka yang nampilin kesenian-kesenian tradisional seperti kecapi suling, perkusi, angklung, dll. Menurut info, orang-orang yang ada di kawasan ini cuma boleh berbahasa sunda, tapi kenyataannya gak juga ah. Sementara itu di kawasan braga panjang kayaknya lebih meriah and padet. Mungkin juga karna kawasan ini lebih panjang trus stan-stanya lebih banyak jadi pengunjung lebih betah disini. Braga panjang ini lebih menonjolkan unsur kekinian. Stan-stan disini ngejual berbagai produk masa kini seperti stan "bagus bagus" yang ngejual kaos kreatif berlogo plesetan merek luar yang lucu banget and dibanderol harga 75 ribu rupiah, stan bunga kering, ga ketinggalan distro-distro yang ikutan jual produknya. Tapi ternyata di kawasan ini juga ada stan-stan tradisional seperti tenda makanan nasi tetenong, komunitas seni Kalangan Atas, tenda batik, tenda yang ngejual kerajinan warga asli Braga, gerai lukisan, dan pematung Toni Kanwa. Anyway dari semuanya itu yang paling mendominasi di Braga panjang adalah stan-stan makanan dan minuman modern. Banyak banget stan yang ngejual makanan ringan kaya sosis panggang (8 ribu perak tapi sumpah enak banget, biarpun si enchi yang jualannya jutek abis, peace...), kue and roti-roti kecil, lotek, nasi goreng, stan yang ngejual makanan ala hotel, minuman dingin, dll. Di sepanjang kawasan ini, pasti mata kita nemuin stan-stan tersebut di antara kerumunan stan lainnya. Ga ketinggalan juga panggung terbuka yang nampilin pertunjukan modern seperti fashion show, band, dangdutan, dll. Oh ya, bragfest 2008 juga punya kegiatan pendukung diantaranya pameran foto, lomba foto, sekaligus workshop foto yang digelar di gd. Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK) dimana kita semua bisa liat foto-foto peserta lomba yang semuanya ngangkat tema kota Bandung. Selain itu, museum KAA yang biasanya cuma buka di hari dan jam-jam tertentu khusus dibuka sepanjang bragfest taun ini.
Bragfest 2008 dibuka secara simbolis sama Kang Dede Yusuf dan istrinya Shandy Rahmania Yusuf Selasa (30/12) sekitar jam 11 siang di kawasan Braga pendek. Padahal menurut rencana, si empunya Jabar alias kang Ahmad Heryawan yang mo ngebuka, tapi gatau deh knapa? biasalah namanya juga pemerintah. Kang Dede juga nandatanganin Deklarasi Braga yang isinya menetapkan bahwa mulai sekarang kawasan Braga akan menjadi museum hidup (living museum) dengan nuansa art deco yang punya nilai sejarah panjang dan juga peresmian Jalan Braga menjadi kawasan pedestrian (pejalan kaki) setelah melalui proses revitalisasi. Well, secara keseluruhan Zkheey mo ngasih dua setengah bintang buat bragfest 2008. Ya it was just OK. Kalo dibandingin taun kemaren, bragfest taun ini emang jauh lebih ok. Secara taun kemaren ga banget and festivalnya cuma diadain di kawasan Braga pendek. Taun ni paling ngga lebih terkonsep dan menggunakan seluruh kawasan Braga. Yah namanya juga event, ada aja yang anggep bragfest taun ini justru menurun dibanding taun kemaren. Ada juga yang bilang bragfest 2008 ini belom seperti yang diharapkan dan direncanakan.
Zkheey liat di hari pertama festival ini bisa dibilang pengunjungnya lumayan, kalo ga mo dibilang sepi. Gmn ga? Siang hari itu kawasan Braga pendek malahan masih sepi pasca peresmian. Panggung terbuka juga belom ngegelar pertunjukkan apapun. Yang ada pengisi acara masih pada sibuk gladi resik, mungkin buat manggung tar malemnya. Jomplang rasanya kalo kita liat kawasan Braga panjang. Kayaknya seh pengunjung lebih seneng menghabiskan waktu disini, secara lebih variatif. Mau ga mau ada beberapa kekurangan yang bikin bragfest kali ini kurang greget atau mungkin ga greget sama sekali. Pertama, bragfest 2008 kurang mengangkat nuansa tradisional. Buktinya dari 39 stan yang ada, cuma 20% yang punya suasana tradisional kaya tenda nasi tetenong, pematung Toni Kanwa, Komunitas Kalangan Atas, and tenda batik. Kedua, panitia kurang mengangkat potensi masyarakat Braga karena cuma ada dua tenda yang diisi warga asli Braga yaitu stan warga RT 08 yang ngejual makanan sama stan warga RT 06 yang ngejual hasil kerajinan tangan seperti patung dan lukisan. Ketiga, tenda-tenda yang dibuat panitia juga biasa banget. I mean tendanya cuma ditutupin kain putih dengan ukuran standar tanpa ada dekorasi unik dan khas dari tiap stannya. Mungkin emang panitia ga mewajibkan pengelola stan buat ngehias stannya. Mungkin juga karena gada penghargaan buat stan terbaik. Sementara itu, Doel Sumbang yang nyempetin dateng ke event ini ngeluh karena ga banyak seniman yang dateng ke festival ini. Berarti ini kekurangan panitia yang keempat dimana mereka ga berhasil narik seniman-seniman bandung buat dateng and ngasih pertunjukkan seninya ke pengunjung. "Ini mestinya jadi pestanya seniman," kata kang Doel. Akumulasi semuanya bragfest 2008 ga jauh beda, mirip, bahkan sama aja sama pameran budaya pada umumnya yang bahkan penyelenggaraannya bisa jauh lebih bagus. Sebagai event taunan yang udah jadi kalender wajib Pemprov Jabar maupun Pemkot Bandung, mestinya event ini jadi titik kulminasi kedua belah pihak buat nunjukkin potensi Bandung khususnya Jalan Braga. Dengan kondisi lapangan kayak gini, kita semua bisa nyimpulin kalo Bragfest 2008 ga dipikirin secara serius dan kurang persiapan.
Secara khusus, Bragfest 2008 mungkin ga berhasil memberikan 'kesan' buat para pengunjung yang dateng. Emang sih taun ini yang dateng rame banget bahkan melebihi target pengunjung. Tapi kayaknya mereka dateng bukan cuma pengen jajan atau liat-liat stan baju. Kalo gitu sih sama aja kayak dateng ke pameran biasa. Nuansa tradisional braga tempo doeloe dan pertunjukan budaya yang kurang greget bisa jadi penyebab hambarnya bragfest taun ini. Harus diakui juga bahwa program revitalisasi yang udah berjalan belom berhasil menghadirkan kembali nuansa braga tempo doeloe yang khas dan tersohor ampe ke mancanegara. Well, mau ga mau Pemkot Bandung harus bekerja lebih keras bahkan ekstra keras kalo mau semua impiannya terwujud. Toh kita semua juga mau dunk Bragfest ini jadi festival kelas dunia kayak Tong Tong Festival di Belanda yang didatengin pengunjung dari seluruh dunia. So keep up the good work!!!
No response to “Braga Festival 2008 Bihari, Kiwari, Baringsupagi”
Leave a Reply