Sabtu, 04 April 2009

"Jermal, Hubungan Jaya-Johar di Atas Jermal"

Genre: Drama
Sutradara: Ravi Bharwani, Rayya Makarim, Orlow Seunke 
Penulis Skenario: Ravi Bharwani, Rayya Makarim, Orlow Seunke 
Pemain: Didi Petet, Iqbal S. Manurung, Chairil A. Dalimunthe, Yayu A. W. Unru, Febri Haanah Pulungan, Ribut Waluyo Ritonga, Rudi Hartono
Rumah Produksi: Ecco Films Indonesia
Rating: ***1/2

Bosen ngeliat poster-poster film horor di bioskop and koran, zkheey mutusin buat nonton skligus review satu film yang punya judul dan tema cerita alternatif yang pastinya gak ngikutin mainstream. Jermal, film dengan setting persis di tengah laut yang mengharuskan semua kru dan awak film mengapung di atasnya sekaligus berjibaku dengan derasnya ombak, kencangnya angin, dan jermal yang sekilas terlihat rapuh dan mengkhawatirkan. Lebay? hehehee...maybe wargi bandung smua bisa bilang gtu. Tapi mungkin tema film yang unik yang mengharuskan proses syuting berjalan di tempat yang penuh resiko itulah yang bikin film ini perlu diarsitekin ama tiga sutradara sekaligus. 

Alkisah jermal adalah sebutan untuk tempat penampungan ikan di tengah laut yang terletak di Pantai Cermin, Perbaungan, Medan, Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Warga sekitar biasa menyebut lokasi itu dengan "jermal". Jermal sendiri umumnya dihuni sama anak-anak usia 14-18 tahun yang tiap harinya punya tugas menangkap, merebus, menggarami, dan mengeringkan ikan. Zkheey nyimpulin kalo sebenernya mereka lebih pantes disebut pekerja anak karena mereka bertahan hidup dan nyari duit buat mereka sendiri. Apalagi kenyataannya hidup mereka menderita karena upah yang diterima ga sebanding sama pekerjaan yang mesti ditanggung ditambah lagi hidup mereka terkucil, jauh dari saudara, teman, dan mesti tinggal selama berbulan-bulan mengapung di atas laut. Hal yang paling kentara terlihat di film ini adalah sosok anak-anak yang tidak mengenal bangku sekolah. Sebagai sosok yang uneducated, mereka punya perangai kasar, beringas, tidak mengenal aturan, dan jauh dari norma-norma kesopanan. Misalnya, perlakuan Dadang (Chairil A. Dalimunthe) sebagai kepala geng jermal barengan anak buahnya yaitu Topan (Febri Haanah Pulungan) dan Franky (Rudi Hartono) waktu menyambut Jaya (Iqbal S. Manurung) dengan cara mengobrak-abrik isi kardus yang dibawa Jaya. Semua pekerja anak serentak ngambil baju-baju yang ada di dalamnya. Sementara Dadang membolak-balik buku yang ada di kardus itu dan menjuluki Jaya dengan sebutan 'Profesor'. Sebagai anak sekolahan, Jaya mesti nrima kenyataan kalo dia anak yang paling terdidik di jermal. Jaya pun kaget nerima perlakuan anak-anak jermal yang belum pernah dia terima sebelumnya di darat. Terutama pas dia ditelanjangin semua pekerja Jermal dan Dadang nyuruh dia buat ngambil bajunya yang notabene seragam SMP di atas tiang. 

Klo zkheey boleh jujur, sebenernya film ini lebih bagus kalo diarahin jadi film anak dengan kehidupan tragis pekerja anak di atas Jermal. Apalagi menurut zkheey, tema ini lebih keliatan jelas di film ketimbang tema yang dimaksud sama sang sutradara yaitu hubungan ayah dan anak. Plotnya dimulai waktu Jaya dikirim ke jermal atas perantara Bandi (Yayu A. W. Unru) buat nemuin Johar (Didi Petet), ayah biologisnya yang udah ninggalin Jaya selama 12 tahun. Sebelum meninggal, almarhumah ibu Jaya pesen kalo dia mesti nyari and nemuin ayahnya. Sayangnya Jaya mesti nemuin kenyataan pahit kalo Johar ga nerima and ngakuin dia sebagai anaknya. Belum lagi dia mesti ngadepin ulah nakal pekerja jermal di bawah komando Dadang. Mau ga mau Jaya mesti bertahan sama keadaan di atas Jermal yang pada umumnya mengutamakan otot dan fisik ketimbang otak. Perangai Jaya pun perlahan-lahan berubah jadi pekerja keras, tangguh, tahan banting dan kasar seperti pekerja anak lainnya. Di sisi lain, Jaya tetep berusaha buat dapetin perhatian ayahnya dengan berbagai cara. Karena ditolak tidur di ruangan khusus anak-anak jermal, Jaya mesti tidur di halaman jermal dengan beratapkan langit dan beralaskan karung goni. Satu-satunya teman tidurnya adalah seekor jangkrik yang dia pelihara di sebuah kotak kecil.  

Karena pengen dapet perhatian Johar, Jaya sengaja tidur di depan pintu kamar Johar yang terpisah dari ruangan penghuni jermal lain. Tapi Johar yang di film ini digambarkan sebagai pria yang depresi dan kejam akibat luka masa lalunya tetep ga bergeming. Paginya pas dia nemuin Jaya tidur melintang di depan pintu kamarnya, Johar cuma ngelangkahinnya dengan cuek seakan-akan ga terjadi apa-apa. Di sisi lain, gimanapun caranya Jaya mesti dapet pengakuan di jermal. Kalo zkheey perhatiin, pengakuan ini mulai didapet dari Ahab (Ribut Waluyo Ritonga), satu-satunya temen ngobrol Jaya yang punya karakter abstrak karena selalu nganggep dirinya seekor ikan paus. Entah karena si Ahab ini emang pengen banget liat seekor ikan paus muncul ke permukaan laut atau karena dia cinta banget sama ikan paus, tiap malem kerjaannya cuma duduk dengan kaki menggantung di bibir jermal dan menyenandungkan nada "Ngaaaaaaaaak" panjang. Sebuah seruan yang dia anggap bisa memanggil ikan paus muncul ke permukaan. Pengakuan Ahab terhadap Jaya mulai didapet setelah Ahab minta Jaya nulisin surat buat keluarganya di kampung. Surat itu lalu dimasukkin ke dalam botol plastik dan dihanyutkan ke laut. Lambat laun kebiasaan Ahab ini mulai diikutin anak-anak pekerja jermal lainnya. Satu persatu anak-anak ngantri nunggu giliran dan berebutan minta ditulisin surat. Unsur humor mulai keliatan di adegan ini dari kata-kata yang dilontarkan anak-anak jermal buat ditulis ke dalam surat. Anak-anak jermal yang emang buta huruf ini keliatan banget kangen sama daratan, kangen orangtua, dan kerinduan mereka sama dunia luar yang digambarkan dengan gaya humor yang kocak. Kayaknya seh sutradara pengen nurunin tensi supaya penonton ga melulu tegang sepanjang film. Alhasil, Jaya pun diterima di kelompok pekerja Jermal karena kepintarannya membuat surat. 

Menuju ke ending film, konflik antara Jaya-Johar muncul sebagai klimaks film ini. Johar akhirnya mau ngebuka kotak wasiat berisi surat-surat almahumah istrinya yang mengabarkan perkembangan Jaya tiap harinya dari mulai lahir sampe masuk sekolah. Surat ini ternyata dikirimin istrinya tiap minggu tapi Johar ga pernah mau baca dan cuma ngumpulin ke dalam satu kotak yang dia simpen rapi di kamarnya. Baru setelah Bandi kesel karena sikap Johar yang cuek melulu dan ngebuang kotak itu ke laut, Johar mau baca surat-surat itu walopun dalam keadaan basah kuyup. Adegan yang sempet nyuri perhatian zkheey saat itu adalah bagaimana seorang Didi Petet yang berbadan "besar" bisa berenang di tengah laut dan ngambil kotak itu hahahahaha... Gud Job. Well, kayaknya sih kang didi sendiri yang ngelakuin adegan itu ga pake stuntman?! Lambat laun Johar mulai ngajak ngobrol Jaya empat mata dan ngebolehin Jaya tidur di kamarnya. Sikap Jaya yang kesel dan marah sama ayahnya pun ga dipedulikan Johar karena naluri kebapakannya mulai tumbuh. Plot pun mulai mengarah ke rukunnya hubungan ayah-anak yang ditandai dengan komunikasi Jaya-Johar yang harmonis. Johar akhirnya sadar kalo jermal bukan tempat yang pantes buat Jaya dan mutusin buat menyembuhkan luka lamanya yang berdampak besar di kehidupan dia sekarang. Ternyata luka lama itu berasal dari konflik rumah tangga Johar dan almarhumah ibu Jaya akibat kehadiran orang ketiga. Johar menangkap basah istrinya selingkuh dengan pria lain dan karena cemburu berat, Johar langsung ngebunuh pria itu. Polisi nyari pelaku pembunuhan itu dan seringkali mereka patroli ke atas Jermal. Tapi Johar selalu lolos karena bersembunyi di ruang rahasia di kamarnya. Johar pun sepakat buat ngajak Jaya kembali ke darat dan meninggalkan Jermal karena dia ga mau Jaya punya sifat dan kelakuan seperti dirinya.

Satu hal yang paling keliatan di film ini adalah dialog yang teramat minim. Untuk memunculkan dramatisasi akting, dialog biasanya dipake buat senjatanya. Tapi disini justru sebaliknya, gesture dan tingkah laku pelakon lebih diutamakan buat munculin konflik dan situasi yang terjadi. Apalagi zkheey juga nangkep minimnya scoring musik atau background musik yang mengiringi akting pelakon. satu-satunya yang kedenger adalah kerasnya suara desiran angin laut. So, kita mesti siap-siap buat serius merhatiin gesture dan akting aktor-aktornya buat nangkep jalan ceritanya. Gada aktris di film ini, Yup!!! sejauh zkheey nonton film ini kemaren kayaknya gada pemeran perempuan di film ini kecuali sutradaranya hehehe... Terakhir yang zkheey acungin jempol banget adalah plot dimana sebuah botol plastik air mineral ukuran 1 liter dan air bersih menjadi barang yang sangat-sangat berharga dan langka di atas jermal. Buktinya setiap ada pembagian air minum, semua anak jermal mesti barter dulu barang-barang yang mereka punya seperti rokok dengan botol plastik itu yang sepenuhnya dikuasain Dadang. Air bersih dan air minum juga susah didapetin makanya tiap ujan anak-anak jermal langsung berebutan buat nampung air hujan ke dalam botol plastik itu ato ke tempat penampungan sementara. Fiuuuhhhh...that's great story right??? beda dan punya ciri khas. Tapi zkheey minta maaf yah kalo resensi ini udah basi karena kelamaan diposting hehehehe.. punten pisan sadayana... (Zkheey)  

No response to “"Jermal, Hubungan Jaya-Johar di Atas Jermal"”

Leave a Reply