Sabtu, 22 Agustus 2009

Merah Putih, Appetizer Yang Kurang Menggigit

Genre: Drama Perjuangan
Sutradara: Yadi Sugandi
Pemain: Lukman Sardi, Darius Sinatria, Donny Alamsyah, Zumi Zola, T. Rifnu Wikana, Rahayu Saraswati, Astri Nurdin
Rumah Produksi: Pt Media Desa Indonesia, Margate House
Rating: ****

Satu hal yang Cical ngga suka dari film-film Indonesia belakangan ini adalah dominasi dari film-film bertema horror dan cinta yang bisa dibilang ceritanya makin melempem dan membosankan. Mungkin Wargi Bandung juga setuju kalo para sineas kita harus lebih mengeksplorasi tema-tema lain yang fresh. Setelah munculnya Merantau beberapa waktu lalu yang bergenre action kini satu film lagi muncul dengan tema yang ngga kalah yaitu Merah Putih.

Film yang disutradari oleh Yadi Sugandi ini mengambil tema perjuangan. Cukup pas sekali apalagi film ini dirilis beberapa hari sebelum HUT kemerdekaan negara kita. Oh ya, Merah Putih ini merupakan sebuah film trilogi (finally!). 2 serial lanjutan dari film ini bakal dirilis tahun depan.

Bersetting di taun 1947, film ini bercerita tentang usaha mempertahankan kemerdekaan RI yang saat itu baru merdeka selama 2 tahun. Kalo kita inget-inget lagi tahun 1947 ini bertepatan dengan agresi militer Belanda ke 1. Fokus ceritanya sendiri berada pada sepasukan tentara yang baru dilatih untuk ikut berperang melawan belanda.

Diantara 40 orang yang dilatih di tempat itu beberapa diantaranya adalah: Amir (lukman Sardi) seorang mantan guru, Marius (Darius Sinatria) anak Priayi, Soerono (Zumi Zola) sahabat baik Marius,Thomas (Donny Alamsyah) seorang petani miskin dari menado dan Dayan (T. Rifnu Wikana) ahli melempar belati dari Bali. Walaupun mereka datang dari suku dan agama berbeda tujuan mereka adalah satu: menjadi tentara untuk mempertahankan kemerdekaan.

Selama mendapat pelatihan banyak sekali masalah yang terjadi diantara mereka. Marius yang datang dari keluarga kaya selalu saja mengganggu dan merendahkan Thomas yang miskin dan beragama kristen. Sementara itu Melati (Astri Nurdin), istri dari Amir harus menahan diri untuk memeberitahu suaminya kalo dia sedang hamil karena dia sangat semangat untuk menjadi tentara. Oh ya jangan lupa ama Senja (Rahayu Saraswati) adik Sarono yang diam-diam disukai oleh Thomas dan Marius.

Awalnya waktu berita tentang film ini bermunculan di TV Cical cukup merasa antusias. Selain karena tema perjuangan yang udah jarang diangkat ke layar lebar, para crew-nya yang punya pengalaman di Hollywood cukup meyakinkan Cical bahwa film ini satu tingkat di atas film-film ini Indonesia Lainnya.

Dan memang bisa dibilang begitu. Film ini diwarnai dengan bebagai dialog yang bermakna dalem banget yang mungkin jarang di angkat akhir-akhir ini, dan juga isu kesukuan dan agama yang disajiin dengan cukup baik. Adegan peperangan yang ada di sini juga digarap cukup. Mungkin untuk pertama kalinya Cical dan Zkheey bisa melihat adegan tembak-tembakan dan ledakan hebat di film Indonesia. Salut!

Cuma sayangnya film ini punya kelemahan-kelemahan yang cukup krusial. Ceritanya sangat dangkal. Ngga ada Presiden Soekarno, ngga ada Mohamad Hatta, yang ada cuma sekelompok tentara kecil melawan sepasukan kecil Belanda pula. Sama sekali ngga ada kesan kolosalnya. Satu kelemahan lain yang cukup dirasain Cical adalah adegan-adegan yang ada masih dilakuin di tempat-tempat sempit dan tanpa angle panorama. Sangat tipikal film Indonesia.

Untuk memeriahkan kemerdekaan Indonesia, rasanya Merah Putih ini memang layak buat ditonton. Tema yang diambil menarik. And yes, ada banyak ledakan dan aksi tembakan-tembakan yang seru di film ini walaupun sayang cerita yang ditawarkan masih dangkal dan tidak berkesan kolosal sama sekali. So, untuk sebuah babak pembuka dari trilogi film Indonesia yang ditunggu banyak orang. Film ini bisa diibaratin sebagai (sorry to say) appetizer yang kurang menggigit.

No response to “Merah Putih, Appetizer Yang Kurang Menggigit”

Leave a Reply