Genre: Laga DramaSutradara: Gareth Evans
Pemain: Iko Uwais, Christine Hakim, Donny Alamsyah, Sisca Jesica, Yusuf Aulia, Alex Abaad, Laurent Buson, Yayan Ruhian
Rumah Produksi: Merantau Film
Rating: ***
Maaf, tapi begitu selesai nonton film ini zkheey ngerasa ga puas. Kirain bakal dapet film yang utuh menampilkan adegan jotos-jotosan yang breath-taking dan super spekta. Ehhh...yang ada setengah film alias satu jam pertama pemutaran film ini zkheey malah ngerasa ngantuk bukan main. Apalagi ditambah dinginnya AC, semakin nguaaaaaaap. I don't know what happened with this movie, but i feel so sleepy and bored.

So, gimana dengan setengah film selanjutnya??? OK, keren...walaupun bisa ditebak karena zkheey dah nonton trailernya berkali-kali sebelum nonton filmnya (mestinya ga usah kali yah???). Adegan laganya dimulai saat Yuda (Iko Uwais) yang lagi nelpon ibunya di kampung (Christine Hakim) di sebvuah telepon umum (masih jaman yah?) ngeliat seorang cewek yang diseret dan dianiaya. Well, naluri ksatria Yuda yang diceritakan jago bersilat harimau ini langsung memuncak. Sang cewek itu ternyata Astri (Sisca Jesica), PSK yang sempat dia temuin lewat kenakalan Adit (Yusuf Aulia), adik Astri yang nyuri dompet Yuda sehari sebelumnya. Ga dinyana, ternyata Astri ini lagi diseret Johni (Alex Abaad) dan centeng-centengnya buat nemuin Ratger dan Luc, dua orang bule penjual perempuan. Di sinilah titik berat ceritanya. Niat Yuda merantau ke Jakarta buat jadi guru silat pun seakan berubah jadi pelindung Astri dan Adit yang hidup sebatang kara di Jakarta. Dan adegan demi adegan pun berubah menjadi perkelahian dahsyat antara Yuda dan centeng-centeng Johni juga Ratger dan Luc. Amazing, Yuda yang di dunia nyata adalah seorang pesilat ini mampu nampilin adegan perkelahian yang luar biasa. Dengan dukungan wajah kekar dan tampan asli Indonesia, adegan demi adegan terasa semakin menggigit dengan ekspresi dan mimik muka Yuda yang garang. Iko pun ngaku kalau saat syuting peran dia ga diganti stuntman. Dia ngerasa mampu ngelakuin semua adegannya sendiri. Disinilah naturalitas laga terjaga. Zkheey jamin ga akan ada adegan jotos-jotosan yang lebay atau penuh tipu muslihat. Kalo diperhatiin ada scene kejar-kejaran di atap rumah yang mirip banget sama adegan Jackie Chan atau Bruce Lee di film-film mereka. Well, it's so typical. Ada juga adegan memecahkan botol bir dan baku hantam di sebuah bar milik Ratger dan Luc khas film laga.

Overall, sinematografi "Merantau" boleh dibilang bagus banget. Ga heran karena sebagian kru film ini adalah tenaga asing seperti Gareth Evans sang sutradara dan Director of Photography Matt Flannery yang pake kamera jenis HD. Hasilnya luar biasa, gambarnya jadi semakin fokus, detil, dan jernih. Film pun semakin asyik ditonton. Yah walopun satu jam pertama kerasa ngantuk banget dengan tempo yang lambat tapi di satu jam selanjutnya wargi bandung bisa ngerasain petualangan baku hantam yang bikin "melek". Faktor penarik utama film ini sebenernya adalah sang pemeran utama Iko Uwais. Iko yang asli betawi-sunda ini emang seorang pesilat. Ga heran, kalo dia berani buat ga pake stuntman dan terlihat natural saat adegan perkelahian. Dari segi tampang, yah Ok lah...setidaknya bisa ngebikin cewek-cewek histeris dengan pesona dan kemampuan cowok ini berlaga silat. Perpaduan keduanya diharapkan bisa memunculkan image Iko sebagai idola baru di ranah perfilman Indonesia bahkan Asia. Makanya tag line film ini selain mengangkat silat sebagai salah satu beladiri asli Indonesia juga memunculkan sosok Iko sebagai sosok "hero" baru di Asia. But, berlebihan ga seh??? Let see...


Anyway, tetep aja zkheey ngasih film ini dengan predikat bintang 3 berdasarkan tema cerita dan genre yang diambil. Kapan terakhir ada film action di Indonesia??? It's like thousands years ago rite??? So, selamat buat Gareth Evans dan tim produksinya yang berani ambil genre ini. Sebenernya zkheey pengen ngasih bintang lebih, tapi kenyataan di lapangan mengatakan lain. Faktor boring dan ngantuk itu yang cuma ngasih 3 bintang buat film ini. Ceritanya??? biasa juga..karena zkheey yakin di Bandung pun ada jutaan orang Padang atau Sumatera pada umumnya yang merantau. Alur ceritanya jadi semakin klasik karena Yuda berusaha sekuat tenaga ngelindungin Astri dari gangguan Johni. Yup, sang hero yang melindungi perempuan yang dicintainya, sebuah cerita klasik superhero hehehe...Scene yang paling menyentuh pastinya scene terakhir sewaktu Yuda sekarat akibat tusukan besi panjang. Dalam keadaan itu Yuda masih sempet-sempetnya bilang sayang sama Astri. It was so touching, mudah ditebak, tapi bolehlah. (Zkheey)
No response to “Merantau, "Ngantuk Setengah Film"”
Leave a Reply